Ancaman Siber di Tahun 2020
lebakcyber.net – Ancaman siber di tahun 2020. Melihat tren kecerdasan buatan sepanjang tahun 2019 ini dapat diprediksi kalau pada tahun 2020 nanti akan muncul banyak isu mengenai pengguna kecerdasan buatan tersebut. Bahkan Presiden Joko Widodo sempat mengungkapkan keinginannya untuk memangkas birokrasi dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk urusan birokrasi yang tidak rumit.
Pada keterangannya, seorang pakar keamanan siber Pratama Persadha selaku chairman lembaga riset siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) menjelaskan mengenai ancaman serangan siber pada tahun 2020 dilakukan oleh aktor yang akan memanfaatkan kecerdasan buatan.
Berdasarkan keterangan Pratama, perkembangan kecerdasan buatan bukan hanya terjadi pada industri dan juga dunia birokrasi. Para hacker juga mengembangkan kecerdasan buatan untuk menciptakan malware dan juga ransomware jenis baru yang pastinya memanfaatkan kecerdasan buatan.
Pramata menjelaskan “Perkembangan kecerdasan buatan memang sangat menggembirakan, bahkan dapat menjadi solusi di berbagai sektor, namun kita juga tetap wajib mengantisipasi bahwa kecerdasan buatan, sebuah parasit di wilayah siber yang dapat berfikir seperti manusia”.
Data BSSN menunjukan bahwa pada periode bulan Januari sampai September 2019 terjadi 129 juta serangan. Dan angka tersebut dapat dikatakan jauh lebih besar karena serangan-serangan tersebut tidak semuanya terpantau dan dilaporkan oleh para korbannya.
Serangan ke Aplikasi Populer
Pratama juga menyoroti serangan yang menyasar pasar aplikasi populer dan hal tersebut dapat dilakukan oleh orang biasa tanpa kemampuan untuk melakukan peretasan sekalipun. Misalnya saja pada kasus akun GoPay milik Maia Estianty.
Prama menilai sekarang ini semakin banyak orang yang memahami celah keamanan tidak melulu ditemukan pada web, jaringan dan aplikasi. Manipulasi juga dapat dilakukan melalui korban yang minim pengetahuan mengenai dunia teknologi.
Kasus paling banyak adalah kejadian membobol akun dengan cara meminta OTP melalui SMS ataupun telepon yang merupakan praktek social engineering yang sering dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan berbagai macam modus.
Pratama juga menambahkan “Kalau pihak marketplace, perbankan atau siapapun yang berbisnis dengan internet dan juga aplikasi harus memperhatikan hal ini. Aspek penguatan keamanan siber bukan hanya pada hal teknis saja, tapi juga edukasi ke masyarakat sehingga memperkecil pelunag terjadinya penipuan”.
Pada tahun 2020 nanti, kasus teknik phising yang menggunakan social engineering juga diprediksi akan tetap tinggi. Berdasarkan data dari Kaspersky menunjukan ada 14 juta upaya phising yang terjadi hanya di Asia Tenggara saja sepanjang paruh tahun pertama 2019 dan sebagian besar menargetkan Indonesia menjadi sasarannya.