Pesaing ChatGPT Buatan Nasa
lebakcyber.net – Pesaing ChatGPT Buatan Nasa. Nasa yang tidak lain adalah Badan Antariksa Amerika Serikat menjadi pesaing berikutnya yang turut serta dalam persaingan penyedia layanan kecerdasan buatan seperti ChatGPT.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh The Guardian, pihak Nasa sedang mengembangkan sebuah sistem yang memiliki kecerdasan buatan atau Artifficial Intelligence agar bisa lebih mempermudah kegiatan Astronout.
Kecerdasan tersebut dibuat dengan tujuan untuk melakukan eksperimen serta melakukan pengembangan sistem manuver. Pihak Nasa sendiri nantinya akan menggunakan interface (antarmuka) berbasis bahasa, seperti yang digunakan juga oleh ChatGPT.
Dikutip dari halaman Engadget, peneliti Larissa Suzuki pada hari Selasa (27/06/2023) mengatakan kalau idenya mereka ingin melakukan sebuah interaksi berupa percakapan dengan kendaraan antariksa dan nantinya diharapkan mereka dapat merespon balik dalam keadaan siaga. Contohnya kalau ada temuan menarik yang berhasil terdeteksi di tata surya atau sekitarnya.
Dalam artikelnya, Engadget menjelaskan kalau teknologi tersebut nantinya akan ditempatkan pada sistem Lunar Gateway. Dimana Lunar Gateway adalah stasiun luar angkasa yang mengorbit di Bulan dan nantinya akan terus mendukung misi Artemis Nasa.
Dengan adanya sistem tersebut, diharapkan tugas para Astronout bisa menjadi lebih mudah. Karena para Astronout hanya perlu bertanya pada sistem kecerdasan buatan tersebut dan tidak perlu lagi melihat manual sistem yang rumit.
Pihak Nasa juga menegaskan kalau mereka membutuhkan teknologi kecerdasan buatan serta machine learning yang ada di sebuah halaman khusus agar bisa mendukung bisnis kecil Lunar Gateway. Tujuannya adalah agar dapat melakukan pengelolaan dari berbagai sistem pada saat mengalami kerusakan atau terjadi masalah.
Misalnya satu skenario saat terjadi masalah baik itu sistem ataupun masalah transmisi data. Nantinya sistem akan melakukan perbaikan secara otomatis jadi tidak perlu lagi bantuan manusia yang berada di Bumi.
Suzuki juga menambahkan bahwa sistem baru ini nantinya akan menjadi jauh lebih efisien karena mereka tidak harus mengirimkan seorang insinyur untuk ke luar angkasa pada saat terjadi kendaraan ruang angkasa mengalami masalah offline ataupun adanya software yang rusak, karena sistem dengan kecerdasan buatan tersebut diharapkan bisa memperbaiki masalah tersebut sendiri.